Sumber
foto: twitter
Kebakaran
hutan telah terjadi lagi di Australia terutama pada bagian Timur dan Barat Daya
Sydney. Kebakaran ini banyak menyebabkan musnahnya habitat hewan-hewan liar
Australia seperti kanguru, koala, burung, reptil, dan lain lain.
Sejak
awal kebakaran yang terjadi pada September 2019 lalu, ratusan rumah telah
hilang, lebih dari lima juta hektar hutan dan lahan pertanian hangus,
sedikitnya 24 orang tewas karena kebakaran tersebut.
Ahli
ekologi di Australia juga memperkirakan hampir setengah miliar hewan, termasuk
reptil, mamalia, dan burung telah mati sejak kebakaran dimulai.
"Kebakaran
telah membakar sangat panas dan begitu cepat sehingga ada kematian hewan yang
signifikan di pohon-pohon, tetapi ada daerah yang begitu besar sekarang yang
masih terbakar sehingga kita mungkin tidak akan pernah menemukan
mayatnya," ujar Ahli Ekologi dari Dewan Konservasi Alam Sydney, Mark
Graham yang dikutip dari Sputnik.
Ketika
puluhan kebakaran terus terjadi di beberapa negara bagian, Perdana
Menteri Australia, Scott
Morrison mengakui bahwa perubahan iklim merupakan salah satu dari banyak faktor
yang memicu kebakaran. Selain itu, Scott Morrison juga mengatakan bahwa
kebijakan perubahan iklimnya cukup memadai dan bertanggung jawab.
Sumber foto: twitter
"Kebijakan
pengurangan emisi kita akan melindungi lingkungan dan berupaya mengurangi
risiko dan bahaya yang kita saksikan hari ini," ujar Morrison yang dikutip
dari VOA Indonesia.
Kaitan
antara kebakaran hutan dan perubahan iklim menjadi hal yang politis, tetapi
para ahli sepakat perubahan iklim menjelaskan bencana-bencana alam yang belum
pernah terjadi sebelumnya.
Khususnya
Australia yang mengalami tahun terpanas pada 2019, naik 1,5 derajat
celcius lebih tinggi dari rata-rata, menurut laporan Badan Meteorologi. Naiknya
suhu menyebabkan peningkattan risiko kebakaran hutan.
Dampak
kebakaran hutan ini juga cukup mengerikan yaitu melepaskan karbon dioksida dan
gas rumah kaca ke atmosfer. Gas, yang hanya membentuk sebagian kecil dari total
gas di atmosfer akan memerangkap panas.
Hanya
dalam tiga bulan, kebakaran Australia diperkirakan telah melepaskan 350 juta
metrik ton karbon dioksida. Para ahli juga memperingatkan bahwa butuh satu abad
atau lebih untuk menyerap karbon dioksida yang akan dilepaskan.
Penulis: Rabiah Adawiyah
Sumber:
Tirto.id, VOA Indonesia, Sputnik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar