Suara elektoral merupakan sesuatu yang krusial dalam menentukan
siapa yang akan menjadi orang nomor satu di AS kelak, selain popular vote atau suara rakyat yang
diambil langsung dari rakyat AS.
Di AS sendiri, California merupakan negara bagian yang memiliki
paling banyak suara elektoral, dengan jumlah 55 suara. Sementara yang terkecil
dipegang oleh North Dakota, South Dakota, Wyoming, dan Vermont dengan
kepemilikan sebesar tiga suara saja.
Dalam pemilihan presiden AS yang biasanya
dikuasai dua calon, yaitu dari Partai Republik dan Partai Demokrat, mereka
setidaknya harus memegang 270 suara elektoral untuk memenangkan pilpres AS.
Lalu dari manakah suara elektoral didapatkan? Suara elektoral didapatkan dari popular
vote atau suara coblosan rakyat langsung di negara-negara bagian AS.
Untuk mendapatkannya, diberlakukan sistem "the winner take all" atau pemenang
meraup semuanya. Jadi kemenangan tipis saja dalam popular vote di sebuah negara bagian dapat mengamankan seluruh
suara elektoral negara tersebut. Calon yang kalah tidak akan mendapatkan
sedikitpun suara elektoral dari negara bagian tempat si calon kalah, meski
kekalahannya tipis.
Ini dia yang menyebabkan Hillary Clinton dikalahkan oleh Donald Trump pada
pemilu AS 2016 lalu. Padahal jumlah suara rakyat langsung atau popular vote Hillary lebih tinggi
daripada Trump, Namun akibat kemenangan tipis Trump di beberapa negara bagian
mengantar Trump melenggang ke Gedung Putih dengan mengantongi 304 suara
elektoral.
Meski sudah diterapkan hingga 200 tahun lamanya, bukan berarti
sistem Electoral College ini tanpa
cela. Banyak kritik dan tentangan terhadap sistem ini. Sistem ini memungkinkan
terpilihnya presiden minoritas yang kalah dalam popular vote tetapi menang dalam electoral vote. Mereka adalah Andrew Jackson pada pilpres 1824,
Samuel Tilden pada pilpres 1876, Grover Cleveland yang menang dalam pemungutan
suara pilpres 1888. Dan, terakhir George W Bush yang menyingkirkan Al Gore pada
pilpres 2000.
Pro kontra terhadap sistem Electoral
College sudah tidak dapat dipungkiri. Dengan berlakunya sistem ini pada
pemilu AS pada tanggal 03 November 2020 lalu terdapat kelebihan dan kekurangan
tersendiri yang akan dipaparkan dibawah ini.
Kelebihan
dari Sistem Electoral College :
1. Memberikan Suara bagi Negara Bagian Kecil
Salah satu alasan
dari didirikannya electoral college
adalah untuk memberikan negara bagian dengan popoulasi yang kecil kesempatan
yang sama pada pemilu presiden. Tanpa electoral
college, negara-negara bagian kecil ini akan terabaikan.
2. Memberikan Fokus pada Kandidat
Dengan sistem
ini, para kandidat yang mengikuti pemilu presiden dapat mengorganisasikan
kampanyenya sehingga memberi gambaran pemetaan politik yang harus dilakukan.
3. Menghindari Recount atau penghitungan
ulang
Penggunaan sistem
electoral college dapat mencegah
penggelumbungan suara, atau suara palsu, sehingga dapat mencegah dan
menghindari recount secara tidak
langsung.
4. Dapat Merepresentasikan Negara sebagai sebuah
kesatuan
Dalam artian, electoral college mencegah negara bagian
dengan populasi besar untuk memonopoli proses monopoli, sehingga sistem ini
dapat mencegah hal tersebut untuk terjadi sebagaimana setiap negara bagian
memiliki proporsi yang sesuai.
Kekurangan
dari Electoral College :
1. Suara Individual Tidak Berarti
Meskipun gagasan
umum dan tujuan dari didirikannya sistem electoral
college merupakan hal yang baik dan adil, tetapi sistem ini juga membuat suara
individual menjadi tidak relevan, hal ini dikarenakan apabila suatu negara
bagian memberikan suara tertentu, para elector dapat memberi suara lain.
2. Proporsi yang tidak seimbang
Beberapa suara
pada negara bagian tertentu memiliki jumlah electoral
votes yang lebih banyak dibandingkan negara bagain lainnya, hal ini
menyebabkan kandidat untuk hanya berfokus pada area-area tersebut.
3. Rumit
Sistem electoral college dapat dikatakan cukup
rumit, dan banyak yang masih belum memahami secara lebih detil mengenai sistem
tersebut, penduduk pada umumnya hanya memahami bahwa yang memiliki jumlah suara
paling banyak akan memenangi pemilu, melainkan hal tersebut bersifat belum
pasti dan masih dapat ditentukan oleh para elector.
Walaupun terdapat pro kontra dan
permasalahan dalam pemilu AS pada tahun 2020 ini, diharapkan bisa menjadi titik
pembelajaran dan angin segar untuk semua negara.
Penulis: Nabila
Tiara Adhani